Definisi Kamera Video
Gambar 2.1 : Kamera
Sony HD 1000
Kamera Video adalah perangkat perekam gambar
video yang mampu menyimpan gambar digital dari mode gambar analog. Kamera Video
termasuk salah satu produk teknologi digital, sehingga disebut pula salah satu
perangkat digitizer yang memiliki kemampuan mengambil input data analog berupa
frekuensi sinar dan mengubah ke mode digital elektronis.
Video/Film adalah rangkaian banyak Frame gambar yang diputar dengan cepat. Masing-masing Frame merupakan rekaman dari tahapan-tahapan dari suatu gerakan. Semakin cepat perputarannya semakin halus gerakannya, walaupun sebenarnya terdapat jeda antara frame namun kita sebagai manusia tidak bisa menangkap jeda tersebut.
Standard broadcast video
Standard
|
Ragion
|
Frame
per second (FPS)
|
Secam
|
Prancis,
Timur tengan dan Afrika
|
25 fps
|
PAL
|
Indonesia,
China, Australia, Uni Eropa
|
25 fps
|
NTSC
|
Amerika,Jepang,
Kanada, Mexico, dan Korea
|
29,97
fps
|
Gambar 2.2 : Standard broadcast video
Video Analog adalah Gambar dan Audio direkam dalam bentuk sinyal Magnetik pada pita magnetik.
Video Digital adalah juga serupa dengan
Video analog, gambar dan suara digital direkam dalam pita magnetic, tetapi
menggunakan sinyal digital berupa kombinasi angka 0 dan 1.
B.
Landasan Teori
Teknik Penyuntingan Video
Teknik Linear
dilakukan dengan memotong-motong
bahan video yang diberi istilah klip dan disusun dengan menggunakan videoplayer
dan perekam (VCR – Video Cassete Recorder), bisa juga menggunakan dua player bila kita ingin memasukan effect,
sehingga bisa diatur sesuai dengan
potongan yang ada.
Teknik
Non-Linear, serupa
dengan linear kita memotong-motong klip dalam editing, tetapi jauh lebih
mudahkarena tinggal drag and drop tanpa kerja dari nol, begitu juga
untuk memasukan effect, kita tinggal drag
and drop dengan effect yang sudah
tersedia. Bahkan kita dapat mengatur dengan mudah durasi dari effect yang kita
pakai.
Performa video kamera (camcoder)
dilihat dari :
a. Analisa gambar bergerak = kualitas
gambar bergerak yang telah direkam
b. Titik lemah resolusi = menetukan
nilai yang horizontal dan vertikal, dan hanya sedikit menguji warna warni
c. White balance = untuk daylight dan
sinar lampu dengan menggunakan testchart yang telah distandarisasi dan selanjutnya
melakukan penilaian true color
d. Menghitung noise = perbandingan
antara signal dan noise power dituliskan dalam decibel (dB), semangkin tinggi
nilai dBnya berarti semangkin tinggi noise distance dan semakin baik pula
gambar videonya
e. Cahaya sensitif = Berapa lama waktu
yang dibutuhkan camcoder untuk menyesuaikan ulang kecerahan, semakin lama ulang
waktu penyesuaian semakin buruk pula setting diafragma otomatisnya
f. Kompresi kontra kerugian = Perbedaan
antara rekaman dengan aslinya
g. Kualitas gambar dalam uji ketahanan
Teknik penggunaan kamera video
Semua video tersusun atas gambar-gambar,
rangkaian gambar dan adegan. Pada bagian ini kita akan secara khusus melihat
bagaimana cara membangun dasar yang baik untuk berbagai jenis pengambilan
gambar penting, dan bagaimana mengembangkan urutan peristiwa yang sangat
mendasar. Salah satu cara untuk memikirkan pengambilan gambar (shot), rangkaian
gambar (sekuens), dan adegan (scene), serta bagaimana menyatukannya, kita bisa
membanyangkan sebagaimana stuktur paealel dari sebuah buku, seperti yang ada dibawah
:
Komposisi dan Framing
Gambar
Framing
gambar (pembikaian gambar) adalah cara dimana sebuah adegan, orang, atau obyek
ditempatkan disatu gambar dalam lensa kamera. Para penonton biasanya akrab
dengan konvensi tertentu, maka sangatlah penting menyadari dampak berbeda yang
dihasilkan oleh gambar yang berbeda. Jika kita merekam secara close up wajah
seseorang, kita akan mengajak penonton untuk mengkuti alur pikiran, emosi, dan
perkataan orang itu. Jika kita memfilmkan orang yang sama
tetapi dengan jarak yang relatif lebih jauh, para penonton akan mengetahui
konteks orang itu.
Ingat
peraturan ini tidak bersifat baku, sekali kita tahu bagaimana aturan ini
dipakai, kita akan mengerti fleksibilitasnya. Berikut beberapa tipe pengambilan
gambar yang harus diketahui :
a. Extrem
Long Shots (ELS / Wide Shots)
Pengambilan
gambar dengan cara ini biasa digunakan untuk "establishing shot"
(shot untuk membangun situasi). Jenis gambar ini memberi orientasi pada
penonton tidak hanya pada satu lokasi, tetapi juga atmosfer, konteks, dan
situasi secara keseluruhan. Kapan pun kita ingin mengganti adegan di video
kita, kita harus memberi orientasi ulang para penonton dengan establishing shot
yang baru.
b. Long
Shot (LS)
Gambar
ini menunjukkan orang dari kepala hingga kaki. Kita juga harus berhati-hati
dengan head room (ruang disekitar kepala). Terlalu banyak ruang diatas kepala
akan membuat gambar tampak aneh, begitu pun terlalu banyak ruang di kaki.
Prinsipnya harus proposional.
c. Mid
Shot (MS) atau Medium Close up (MCU)
Gambar
ini menunjukan orang dari atas pinggang hingga ke kepala. Jenis gambar seperti
ini banyak digunakan saat wawancara.
d. Close
up (CU)
Gambar
ini menunjukan orang dari dada ke atas hingga ke kepala dan sangat ideal untuk
menunjukan bagian yang paling penting atau emosional dari sebuah adegan. Akan
tetapi harus diingat lebih baik menampilkan kepala orang secara utuh daripada
tidak menampilkan dagu orang, apalafi pada saat mereka berbicara.
e. Extreme
Close up ( ECU)
Gambar
ini biasanya digunakan untuk menunjukkan detail, dan lebih menunjukan emosional
yang akan disampaikan dari obyek. Aturan
Sepertiga Panduan yang baik untuk komposisi gambar
adalah menggunakan aturan sepertiga, artinya kita harus membayangkan frame kita
(gambar yang diambil kamera kita) terbagi menjadi tiga bagian. Aksi / perbuatan
dan obyek ditempatkan tepat ditengah irisan garis maya vertikal dan horizontal,
penempatan ini akan membuat gambar jauh lebih menarik. Jangan menempatkan orang
yang kita rekam di tengah frame hanya karena kita merasa dia cukup penting.
Akan jauh lebih baik kita menempatkannya di horizon atau 2/3 bagian dari atas
frame atau 2/3 bagian dari bawah frame. Jika kita merekam orang yang sedang
berdiri disebuah adegan yang ukup lama berlangsung, akan sangat baik jika kita
menempatkan orang tersebut sedikit lebih ke kiri atau ke kanan dalam frame.
Pengaturan ini akan memungkinkan orang tersebut berbicara menghadap bagian /
ruang kosong di dalam frame. Ruang itu disebut ruang untuk hidung (nose room).
Mendapatkan Gambar
Berkualitas Baik Fokus
Membuat gambar setajam mungkin adalah hal yang sangat
penting. Hampir di semua kamera dilengkapi fasilitas fokus otomatis (auto
focus). Di banyak situasi, fasilitas ini akan menjamin apa yang kita rekam
memiliki ketajaman yang fokus. Kapan Menggunakan
Fokus Manual Jika kita merekam gambar obyek yang
banyak atau bergerak, atau jika obyek terletak baik dilatar depan maupun
belakang, kamera bisa jadi akan bingung dan sulit menentukan fokusnya dan akan
terus-menerus berusaha macari fokus pada satu gambar. Dalam situasi seperti ini
beralihlah ke fokus manual, secara manual tentukan fokus pada obyek pokok. Di
kondisi yang rendah cahaya, fasilitas fokus otomatis akan terus-terus
"berburu" untuk mengalokasikan suatu obyek yang bisa menjadi fokus.
Hal ini terjadi karena kamera membutuhkan intensitas cahaya yang mencukupi
untuk bisa menemukan garis tepian obyek yang akan digunakan untuk menentukan
titik utamanya. Dalam situasi seperti ini, fokus manual hanyalah satu-satunya
piihan. Memperbesar (zoom) dan memfokuskan Semakin kita mendekatkan obyek (zoom in) semakin sempit ruang
lingkup obyek yang bisa terekam di fokus. Fenomena ini disebut kedalaman ruang
(depth of field). Contohnya, jika kita merekam dengan wide shot sekumpulan
orang, maka kita akan menemukan bahwa hampir semua orang masuk ke fokus, tetapi
jika kita zoom in atau close up salah satu orang yang ada di gerombolan
tersebut, fokus pada orang yang dilatar depan dan belakang akan terlihat lebih
lembut atau tidak fokus. Untuk menghidari ini, mulailah proses perekaman dengan
zoom in dulu ke salah satu orang yang ingin di tampilkan. Berfokuslah pada orang
itu, set kamera kita di fokus manual, kemudian tarik keluar gambar kita untuk
mendapatkan wide shot